RUKUN SOLAT DALAM ISLAM :
Yang dimaksud dengan rukun shalat
adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan membentuk hakikat shalat. Jika
salah satu rukun ini tidak ada, maka shalat pun tidak teranggap secara syar’i
dan juga tidak bisa diganti dengan sujud sahwi.Rukun rukun Solat:
1. Berdiri bagi yang mampu
1. Berdiri bagi yang mampu
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
صَلِّ
قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى
جَنْبٍ
“Shalatlah
dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika
tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.”
2. Takbiratul Ihram
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
مِفْتَاحُ
الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Pembuka
shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat
adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan
salam. ”
Yang dimaksud dengan rukun shalat
adalah ucapan takbir “Allahu Akbar”. Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan
ucapakan selainnya walaupun semakna.
3. Membaca Fatihah
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
لاَ صَلاَةَ
لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak
ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah.”
4/5. Ruku beserta thumaninah
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam pernah mengatakan pada orang yang jelek shalatnya
(sampai ia disuruh mengulangi shalatnya beberapa kali karena tidak memenuhi
rukun),
ثُمَّ
ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
“Kemudian
ruku’lah dan thuma’ninahlah ketika ruku’.”
Keadaan
minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan tangan berada di lutut.
Sedangkan
yang dimaksudkan thuma’ninah adalah keadaan tenang di mana setiap persendian
juga ikut tenang. Sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
mengatakan pada orang yang jelek shalatnya sehingga ia pun disuruh untuk
mengulangi shalatnya, beliau bersabda,
لاَ تَتِمُّ
صَلاَةُ أَحَدِكُمْ حَتَّى يُسْبِغَ … ثُمَّ يُكَبِّرُ فَيَرْكَعُ فَيَضَعُ
كَفَّيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ وَتَسْتَرْخِىَ
“Shalat
tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara kalian menyempurnakan wudhu, …
kemudian bertakbir, lalu melakukan ruku' dengan meletakkan telapak tangan di
lutut sampai persendian yang ada dalam keadaan thuma'ninah dan tenang.”
Ada pula
ulama yang mengatakan bahwa thuma’ninah adalah sekadar membaca dzikir yang
wajib dalam ruku’.
6/7. I'tidal beserta thumaninah
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,
ثُمَّ
ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا
“Kemudian
tegakkanlah badan (i'tidal) dan thuma'ninalah."
8/9. Sujud beserta thumaninah
Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam mengatakan pada orang yang jelek shalatnya,
ثُمَّ
اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا
“Kemudian
sujudlah dan thuma'ninalah ketika sujud.”
Hendaklah
sujud dilakukan pada tujuh bagian anggota badan:Telapak tangan kanan dan kiri,
Lutut kanan dan kiri, Ujung kaki kanan dan kiri, dan Dahi sekaligus dengan
hidung.
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ
أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ
عَلَى أَنْفِهِ – وَالْيَدَيْنِ ، وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ
“Aku
diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan : Dahi (termasuk juga
hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya), telapak tangan kanan dan kiri,
lutut kanan dan kiri, dan ujung kaki kanan dan kiri. ”
10/11. Duduk antara 2 sujud beserta
thumaninah
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى
تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا
“Kemudian sujudlah dan thuma'ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari
sujud dan thuma'ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan
thuma'ninalah ketika sujud.”
12/13. Tasyahud akhir dan Duduk
tasyahud
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِى الصَّلاَةِ فَلْيَقُلِ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ …
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka
ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.”
Bacaan tasyahud:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ
أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا
وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
“At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat. Assalaamu ‘alaika
ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alaina wa ‘ala
‘ibadillahish sholihiin. Asy-hadu an laa ilaha illallah, wa asy-hadu anna
muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.” (Segala ucapan penghormatan hanyalah milik
Allah, begitu juga segala shalat dan amal shalih. Semoga kesejahteraan
tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah dengan segenap
karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba
Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
dengan benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya)
Apakah bacaan tasyahud “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” perlu diganti dengan
bacaan “assalaamu ‘alan nabi”?
Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah ditanya,
“Dalam tasyahud apakah seseorang membaca bacaan “assalamu ‘alaika ayyuhan
nabi” atau bacaan “assalamu ‘alan nabi”? ‘Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan
bahwa para sahabat dulunya sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat,
mereka mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi”. Namun setelah beliau wafat,
para sahabat pun mengucapkan “assalamu ‘alan nabi”.
Jawab:
Yang lebih tepat, seseorang ketika tasyahud dalam shalat mengucapkan
“assalamu ‘alaika ayyuhan nabi wa rohmatullahi wa barokatuh”. Alasannya, inilah
yang lebih benar yang berasal dari berbagai hadits. Adapun riwayat Ibnu Mas’ud
mengenai bacaan tasyahud yang mesti diganti setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam wafat –jika memang itu benar riwayat yang shahih-, maka itu hanyalah
hasil ijtihad Ibnu Mas’ud dan tidak bertentangan dengan hadits-hadits shahih
yang ada. Seandainya ada perbedaan hukum bacaan antara sebelum Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam wafat dan setelah beliau wafat, maka pasti Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri yang akan menjelaskannya pada para sahabat.
(Yang menandatangani fatwa ini adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz sebagai
Ketua, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullah bin
Qu’ud dan ‘Abdullah bin Ghodyan sebagai anggota
14. Membaca shalawat pada tasyahud akhir
Dalilnya adalah hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a dalam
shalatnya tanpa menyanjung Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu beliau mengatakan, “Begitu cepatnya ini.” Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang tadi, lalu berkata padanya dan
lainnya,
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد الله والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله
عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء
“Jika salah seorang di antara kalian hendak shalat, maka mulailah dengan
menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu berdo’a setelah itu semau kalian."
Bacaan shalawat yang paling bagus adalah sebagai berikut.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ،
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala
Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala
Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa barrokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali
Ibrohimm innaka hamidun majiid.”
15. Membaca salam
Dalilnya hadits yang telah disebutkan di muka,
مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا
التَّسْلِيمُ
“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir.
Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”
Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang pertama. Inilah
pendapat ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan mayoritas ‘ulama.
Model salam ada empat :
1. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri “Assalamu
‘alaikum wa rahmatullah”.
2. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah wa barokatuh”, salam ke
kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
3. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke kiri
“Assalamu ‘alaikum”.
4. Salam sekali ke kanan “Assalamu’laikum”.
16. Tertib
Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya, digunakan kata
“tsumma“ dalam setiap rukun. Dan “tsumma” bermakna urutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar